Orang Tionghoa dikenal sebagai pebisnis handal. Keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia memang berpengaruh besar terhadap jalannya perekonomian nasional. Sering kita mendengar pepatah “Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri Cina”.
Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires, dari 20 orang terkaya di Indonesia, setidaknya 14 orang merupakan keturunan Tionghoa, seperti Duo Hartono (yang termasuk 3 besar orang terkaya di Indonesia, pemegang saham Bank Central Asia (BCA) bank swasta terbesar di Indonesia dan pemilik dari PT Djarum), Low Tuck Kwong (PT Bayan Resources Tbk. yang bergerak di bidang batubara), Prajogo Pangestu (Pemilik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.), Djoko Susanto (pemilik grup Alfamart).
Membicarakan sejarah ekonomi dunia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Cina. Mereka sudah menguasai pasar global sejak 2 ribu tahun yang lalu, lewat jalur sutera sepanjang 6 ribu kilometer dari Cina sampai ke Timur Tengah.
Banyak hal positif dari kebudayaan dan kebiasaan etnis Tionghoa yang perlu kita adopsi. Konon orang Tionghoa asal suku Hokian memiliki falsafah yang disebut 3C untuk kesuksesan mereka:
3C tersebut adalah:
- Cengli yang artinya adil, kalau ingin sukses, cara kerja mesti cengli atau adil. Dengan kata lain kita harus jujur, tidak curang, dan harus bisa dipercaya. Semakin dipercaya, semakin banyak orang suka bekerja sama dengan kita, pintu pun semakin terbuka lebar bagi kesuksesan kita.
- Cincai artinya orang yang mudah memberi, tidak terlalu banyak perhitungan dan bukan tipe orang yang pelit. Orang yang mudah memberi juga akan mudah mendapat. Sebaliknya orang yang sulit, pelit, terlalu banyak perhitungan maka berkatnya juga susah turun.
- Coan artinya keuntungan, orang kerja adalah wajar kalau mengharapkan keuntungan. Namun, fokus utamanya bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang diberikan. Kita harus sering mengajukan pertanyaan dalam diri kita, apakah yang kita lakukan sudah sebanding dengan apa yang kita dapatkan. Apakah kualitas dan kontribusi kita sebanding dengan hasil yang kita terima.
Mereka juga memiliki pantangan dalam bekerja atau berbisnis yang disebut dengan 3C juga:
- Ciok artinya hutang, jika hutang mampu dibayar tidak akan menjadi masalah, tetapi terkadang akan menjadi ciak.
- Ciak artinya makan, hutang tidak dibayar dan tidak bertanggungjawab (dimakan)
- Cao artinya lari, hutang tidak dibayar, dimakan dan lari menghilang.
Rahasia sukses dan keberhasilan orang Tionghoa dalam memulai usaha:
- Usaha keras, berani mencoba dan tidak takut gagal, memulai dengan apa adanya.
Poin inilah yang menjadi kelebihan utama dari para pengusaha Tionghoa. Dalam keluarga Tionghoa mereka sudah terbiasa bekerja keras.
Contoh: Jika ada kesempatan seperti hari menjelang Lebaran, mereka tahu permintaan akan meningkat, maka mereka akan bekerja keras untuk memenuhi permintaan tersebut karena mereka menyadari bahwa Lebaran hanya satu kali dalam setahun.
Orang Tionghoa umumnya berani memulai suatu usaha dan tidak takut gagal. Mereka mempunyai sense of urgency yang tinggi. Mereka sering berpendapat, “Jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi?”. Gagal bukanlah hal yang menakutkan karena umumnya mereka selalu memulai usaha dengan apa adanya dan dari bawah.
- Mengumpulkan informasi dan belajar
Sebelum terjun ke suatu bidang usaha, umumnya orang Tionghoa akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Mereka tidak segan pergi ke saudara, teman, bahkan pihak yang tidak mereka kenal. Mereka sangat mahir melakukan survey terhadap usaha yang akan mereka geluti, karena kemanapun mereka pergi, mereka akan membuka mata dan telinga mereka lebar-lebar.
Selain itu, mereka juga tidak segan untuk belajar. Cara belajar yang umum dari mereka adalah bekerja dulu untuk orang yang usahanya serupa. Setelah yakin telah menguasai cukup informasi dan keterampilan mereka akan berusaha sendiri.
- Melakukan perencanaan
Perencanaan yang paling umum dilakukan adalah melihat dari segi untung ruginya suatu usaha. Mereka mempertimbangkan visibility usaha yang akan mereka jalankan. Perencanaan tersebut mencakup 5W1H (what, where, who, when, why, how). Perencanaan mereka juga sangat memperhatikan efektifitas (tujuan tercapai) dan efisiensi (tepat cara, tanpa banyak mengorbankan waktu dan tenaga) usaha yang mereka geluti.
- Membina relasi
Walaupun orang Tionghoa sangat kompetitif, tetapi mereka selalu sadar bahwa membina relasi adalah salah satu kunci keberhasilan usaha mereka.
Untuk membina hubungan baik mereka tidak ragu untuk mengeluarkan pengorbanan tertentu, seperti pemberian hadiah, mengundang makan dan melakukan entertain terhadap relasi mereka.
Siapa saja yang bisa membantu melancarkan dan mengembangkan usaha adalah relasi mereka. Dengan pembinaan relasi yang baik, akan terbuka kerja sama saling menguntungkan.
- Kemampuan administratif dan inventory control
Orang Tionghoa sadar akan pentingnya kemampuan dalam beradministrasi dan mengontrol inventory. Mereka sangat memperhatikan secara terperinci setiap kegiatan usaha mereka dan merekamnya dalam catatan. Karena itu mereka tahu betul bagaimana neraca keuangan mereka dan persediaan inventory mereka.
Contoh: Jika kita hendak belanja sesuatu di toko orang Tionghoa sangatlah jarang bahwa mereka sampai kehabisan persediaan.
- Kemampuan pemasaran
Kemampuan pemasaran orang Tionghoa ditunjang oleh kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kemauan pelanggan serta kemampuan menentukan harga jual dari suatu produk secara tepat. Dari proses ini, maka terjadilah penyebaran iklan gratis dari mulut ke mulut.
- Mendelegasikan
Orang Tionghoa sadar bahwa mengembangkan suatu usaha agar menjadi besar, mereka harus bisa mendelegasikan pekerjaannya. Pendelegasian berlaku untuk orang atau karyawan yang bisa dipercaya. Karena itu, cenderung mencari orang yang sudah dikenal lama dan terbukti bisa dipercaya.
Mereka tidak segan-segan meminta anak mereka yang masih kecil untuk membantu usahanya. Di lain pihak, anak mereka sudah terbiasa terekspos dengan usaha orang tuanya, membuat sang anak tumbuh dengan naluri usaha yang mendarah daging.
- Mendiversifikasi
Pengusaha Tionghoa tidak mudah merasa puas dan cukup atas usaha mereka, mereka selalu berusaha untuk memperluas usahanya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan diversifikasi produk. Mereka cenderung mempunyai keinginan untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Mereka ingin agar pelanggannya hanya datang ke mereka. Untuk mewujudkan keinginan ini, cara yang paling tepat adalah berani melakukan diversifikasi produk.
- Mengelola keuangan
Tidak ada istilah “uang mati” dalam kamus berdagang ala orang Tionghoa. Mereka selalu mempekerjakan uang tersebut agar bisa melipat gandakan uang mereka. Cara yang paling umum dilakukan adalah menanamkan modal kembali ke usaha mereka. Hal ini bisa dilakukan untuk mendirikan usaha baru atau untuk membesarkan usaha yang telah ada.
Inti kesuksesan dari bisnis keluarga Tionghoa, yaitu warisan nilai-nilai atau prinsip-prinsip usaha yang berhasil diturunkan oleh orang tua Tionghoa kepada anak-anaknya.
Nilai-nilai yang diajarkan tidak pernah lepas dari unsur kerja keras, ulet, menghargai waktu serta modal, disiplin, hemat, menepati janji dan dapat dipercaya. Sejak kecil anak-anak dididik untuk memiliki kepatuhan moral, perlunya konsensus, mengendalikan diri, memiliki rasa tanggung jawab, berterimakasih pada orang tua, serta menghormati yang lebih senior.
Ketika anak-anak mulai besar, mereka dilibatkan dalam usaha keluarga, diajarkan:
- Pengenalan medan untuk mengetahui daya beli serta selera masyarakat.
- Pelayanan terhadap konsumen dengan mengutamakan banyaknya pelanggan, meskipun untungnya sedikit.
- Mencari kontak-kontak dalam rangka memperoleh atau memperdalam pengetahuan, maupun mendapatkan atau memperluas daerah pemasaran bagi barang-barang dagangannya
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dagangan
- Kontinuitas dan konsistensi dalam bisnis yang dianggap sangat menentukan bagi kelangsungan bisnis, dan di atas semua itu semangat untuk hidup tinggi.