Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pemilik saham memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Saham bersifat fluktuatif, bisa naik bisa turun sama halnya dengan harga barang atau komoditi di pasar. Bagi beberapa orang di sanalah seninya, bila pasar statis tidak akan menarik minat investor.
Seperti halnya ada panas dan ada hujan, kondisi ekonomi Indonesia bukan hanya pernah mengalami masa-masa terbaik, tetapi juga pernah mengalami masa yang sangat buruk. Hal ini berlaku pula untuk pasar modal.
Beberapa kondisi yang pernah terjadi dan mempengaruhi harga saham di Indonesia:
Anjloknya pasar modal pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2008.
Pada tahun 1998, terjadi krisis finansial dengan inflasi yang mencapai 58%. IHSG terjun ke level 398.
Kondisi yang hampir sama berulang 10 tahun kemudian. Pada tahun 2008, terjadi krisis yang dipicu oleh skandal sub-prime mortgage di Amerika Serikat yang membuat pasar modal di seluruh dunia mendadak kolaps. Lehman Brothers yang merupakan bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat dinyatakan bubar (pailit).
Dua belas tahun kemudian, di tahun 2020, penyebaran virus corona (Covid-19) menimbulkan kekhawatiran secara global dan berimbas negatif pada pasar saham di Indonesia. Banyak investor asing memilih untuk melarikan modalnya pada asset-asset safe haven seperti emas dan surat utang dan perlahan mulai melepas kepemilikan investasinya di Bursa Efek Indonesia.
Dalam hal ini berlaku teori ekonomi yakni kekuatan penawaran dan permintaan. Jika permintaan tinggi maka harga akan naik, sebaliknya jika penawaran tinggi harga akan turun.
Investasi saham bisa untung tetapi bisa juga buntung. Salah satu resiko yang dialami oleh investor saham adalah menurunnya nilai saham yang dimiliki. Banyak investor panik setelah mendengar saham mereka turun. Tak jarang juga memutuskan untuk menjual sahamnya dengan harga murah untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Untuk itu, sebagai investor Anda harus bisa menghadapinya dengan bijak:
- Tunggu Kepanikan Selesai
Sangat lumrah jika pasar saham turun saat sentimen negatif beredar.
Meskipun saham-saham turun di bawah harga biasanya, hati-hati dalam “menyerok” saham. Jangan membeli saat harga saham sedang jatuh seperti menangkap pisau yang jatuh. Menangkap pisau jatuh justru bisa membuat Anda terluka. Sebaiknya sabar menunggu hingga kepanikan selesai dan harga saham stabil. Kepanikan di market akan selalu ada ujungnya. Saat pasar mulai berbalik arah dari merah ke hijau, Anda mulai bisa melirik saham-saham yang menarik untuk dikoleksi dengan harga diskon (murah).
- Tetap Simpan Saham Anda
Cara lain yang dapat Anda lakukan adalah dengan menyimpan saham yang sudah Anda miliki. Terlebih lagi jika Anda sudah memiliki saham big cap atau blue chips, yaitu saham berkapitalisasi pasar besar dengan fundamental yang baik. Saham yang masuk kategori ini adalah saham dengan angka kapitalisasi pasar lebih dari Rp. 40 triliun. Anda bisa mengacu pada saham Indeks LQ45. Indeks saham ini berisi 45 emiten yang telah melalui proses seleksi likuiditas pasar setiap 6 bulan sekali ( setiap awal Februari dan Agustus).
Saham big cap masih bisa disimpan dulu karena biasanya saham jenis ini paling cepat rebound setelah penurunan IHSG. Perlu dicatat, cara ini hanya berlaku untuk Anda yang berinvestasi saham menggunakan dana idle karena tentunya butuh waktu untuk portofolio saham yang Anda miliki untuk kembali ke level harga pembelian awal atau harga wajarnya.
- Selalu Pegang Dana Likuid
Seberapapun Anda merasa yakin dengan portofolio saham Anda, pastikan Anda mempunyai dana likuid yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari Anda. Ada istilah “Sedia payung sebelum hujan”, Anda juga harus bijak mengelola investasi. Pastikan cash flow Anda tidak terganggu jika ada kondisi tidak diinginkan terjadi di market.
Kondisi pasar saham memang tidak selalu baik, tetapi bukan berarti Anda harus mengurungkan niat untuk menjadi investor saham. Dengan perencanaan yang tepat dan matang, Anda bisa mendapat cuan.
Ingat saham merupakan salah satu jenis investasi yang memiliki peluang high risk dan high return. Selain itu, tendensi naik turunnya nilai saham dapat berubah tidak lagi dalam hitungan hari, bahkan bisa dalam hitungan detik.